Siaran Purbalingga Memikat on Air #18 kembali hadir pada hari Kamis, 13 Oktober 2022, disiarkan secara langsung pada pukul 09.00 – 10.00 WIB dengan tema “Peran Media Sosial Promosikan Wisata Purbalingga”. Narasumber yang dihadirkan kali ini adalah admin dari akun Purbalinggakerenn (20.000 lebih followers) yaitu Widiyatno (Widi) atau yang dikenal juga sebagai Nano Banyumili.

Pertama kali Widi berkecimpung di dunia media sosial dan wisata karena memiliki hobi berwisata. Widi bersama rekan-rekan content creator yang berasal dari Purwokerto senang menjelajah obyek wisata yang belum tersentuh pengelola namun memiliki potensi. Seiring berjalannya waktu ada ajakan dari rekan-rekannya tersebut untuk membuat akun informasi wisata di Purbalingga sehingga dibuatlah akun Purbalinggakeren.

Purbalinggakeren pertama kali dikonsep pada tahun 2019 dengan tema wisata lokal di Purbalingga. Purbalinggakeren berisikan hasil foto dan video hasil dokumentasi Widiyatno sendiri ataupun repost (tayangan ulang) yang bertemakan wisata di Purbalingga dari akun-akun lain.

Telah beroperasional beberapa waktu, Purbalinggakeren sempat vakum beberapa bulan lalu Widiyatno memutuskan melanjutkan aktivitas ini dengan membuat akun baru yaitu “Purbalinggakerenn”. Digunakannya huruf “N” ganda pada brand “Purbalinggakerenn” karena memang akun “Purbalinggakeren” masih ada namun tidak aktif. “Kenapa kita double “n” karena akun yang menggunakan satu “n” masih ada tapi tidak aktif” jelas Widiyatno.

Tak sembarang konten akan ditayangkan ulang oleh Purbalinggakerenn, akan ada seleksi terlebih dahulu apakah post terkait sesuai dengan kriteria khusus, seperti :

  1. Tidak berupa foto selfie
  2. Foto/video dapat menggambarkan kondisi dan suasana dari obyek wisata
  3. Memiliki suatu “cerita” yang dapat dinikmati
  4. Dan secara personal, Widiyatno lebih menyukai foto/video dengan format landscape karena lebih dapat menggambarkan obyek wisata terkait.

Purbalinggakerenn menghadirkan konten wisata sebagai branding utamanya dan sempat melebarkan sayapnya dengan mengadakan program “Jum’at UMKM”, di mana seluruh konten dari beragam akun UMKM di Purbalingga yang menandai (tag) akun Purbalinggakerenn akan ditayangkan ulang oleh Purbalinggakerenn secara gratis. Program Jum’at UMKM ini diharapkan dapat membantu UMKM di Purbalingga dapat lebih berkembang sayangnya program Jum’at UMKM saat ini sedang vakum karena UMKM kurang aktif menandai akun Purbalinggakerenn

Widiyatno menceritakan beberapa suka duka menjadi influencer di Purbalingga. Widiyatno menjelaskan karena berangkat dari hobi, ia merasa pekerjaannya sebagai content creator tidak berasa sebagai suatu pekerjaan yang membebani. Widiyatno juga mengaku seringkali mendapat undangan untuk berkunjung ke beragam obyek wisata di Purbalingga secara cuma-cuma.

Duka yang pernah dihadapi Widiyatno sebagai content creator antara lain beberapa kali patah hati menghadapi oknum yang awalnya ingin bekerjasama namun batal karena satu dan lain hal. Musim hujan juga menjadi tantangan tersendiri untuk Widiyatno dalam bepergian memenuhi undangan atau membuat konten. Terakhir, berhadapan dengan netizen yang sangat “pedas” dalam mengomentari beberapa hal sempat menjadi pengalaman kurang menyenangkan bagi Widiyatno.

3 tahun memakan asam garam di dunia media sosial, Widiyatno menjelaskan beberapa jenis konten wisata yang diminati oleh netijen berdasarkan pengalamannya :

  1. Foto sebuah desa. Menurut Widiyatno, banyak netizen yang awalnya tidak tahu eksistensi suatu desa di Purbalingga dengan potensi wisatanya menjadi penasaran setelah melihat karya yang diunggah di media sosial, adapula beberapa netizen perantau yang bernostalgia dengan adanya post macam ini.
  2. Konten suasana umum dengan sudut pandang yg berbeda. Pengambilan konten yang berkaitan secara langsung dengan kehidupan masyarakat (seperti sudut tertentu di gang Mayong) namun dengan kemasan yang berbeda dan lebih profesional sangatlah menggugah engagement dari netizen.

Beberapa tips dari Widiyatno untuk meningkatkan jumlah followers dan penikmat konten bagi para content creator pemula adalah :

  1. Melakukan live session via media sosial. Netizen yang tidak dapat hadir secara langsung  dapat menikmati moment melalui live session tersebut.
  2. Sering berinteraksi dengan akun-akun dengan niche sejenis seperti bertukar komentar dan likes. Hal ini dapat mempengaruhi traffic dan berkaitan langsung dengan algoritma yang ada di media sosial (terutama di Instagram).
  3. Berinteraksi secara langsung (off air) dengan pengelola akun lain sehingga terjalin silaturahmi dan saling support antar akun.

Beberapa pertanyaaan menarik masuk saat sesi siaran, seperti pertanyaan dari Ida dari Purbalingga, “Saya mau bertanya seputar pariwisata, apa sih yg perlu dilakukan pengelola untuk bisa mempromosikan wisatanya?”. Widiyatno menjelaskan beberapa hal yang dapat dilakukan yaitu :

  1. Mengemas konten yang akan diunggah dengan sebaik mungkin dan menonjolkan suatu poin tertentu agar menjadi pembeda dengan akun-akun lain.
  2. Mampu menerima kritik yang membangun dan mengeksplor sudut pandang lain.

Widiyatno mengakui pentingnya peran media sosial dalam mempromosikan wisata di Purbalingga sangatlah berpengaruh. Saat ini berselancar sosial media sudah menjadi kegiatan sehari-hari tiap individu. Tingkat pertukaran informasi di sosial media pun sangatlah cepat serta tidak terbatas ruang, orang yang awalnya tidak tahu menjadi tahu karena media sosial. Penggunaan media sosial sangatlah efisien untuk memperkenalkan wisata yang ada di Purbalingga ke khalayak yang lebih luas, dengan adanya konten media sosial yang menarik dan informatif akan memancing para wisatawan untuk berkunjung ke Purbalingga.

Telah berkunjung ke beragam obyek wisata di Purbalingga untuk membuat konten, masukan dari Widiyatno tentang wisata di Purbalingga saat ini adalah :

  1. Untuk wisata alam, menurutnya lebih baik dikembangkan senatural mungkin tanpa merusak/merubah daya tarik utamanya karena wisatawan ingin menikmati sensasi sealami mungkin.
  2. Tren sistem ticketing di Purbalingga saat ini yang belum bersifat terusan,hal ini menjadi suatu problematika menurut Widiyatno karena di satu sisi tiket terusan pasti terkesan mahal untuk beberapa wisatawan, namun apabila tiket masuk dan tiket wahana dipisah ada kesan “kapok” bagi beberapa wisatawan karena merasa diperas. Ini menjadi pekerjaan rumah tersendiri bagi para pelaku wisata.

Harapan Widiyatno selaku content creator adalah lebih terjalinnya kerjasama antar para pelaku wisata dengan content creator untuk mempublikasikan potensi wisata di Purbalingga di era digitalisasi ini karena seindah apa pun potensi dari suatu obyek wisata tapi apabila tidak dijual dengan baik maka potensi tersebut tidak akan dikenal.